Senin, 13 Februari 2012

ketika lisan tak dapat mewakili perasaan Part 5

ketika amarah terkulum memberikan setoreh luka,
amarah yang termanifestasi dari agen kecil,
menyebabkan adrenalin merangsang jantungku memompa diluar kendali,

aku manusia yang tak mampu refleksikan kesedihan pada lakuku,
aku tak tau bagaimana caranya untuk lukiskan isi hatiku di atas sebuah kanvas kehidupan,
warnaku pudar oleh tangisku,
kuasku patah oleh keputusasaanku,
easelku pun tak mampu berikan energi pada kanvasku untuk tegak berdiri,

aku yang kian hari kian rapuh tenggelam dalam pergantian waktu,
yang selalu dambakan fatamorgana di padang pasir relungku,
menjadi seorang musafir tanpa telinga,
tanpa mulut,
tanpa mata,
dan tanpa hidung,

aduhai aku yang sendu akan sekelilingku,
yang selalu membuatku miris akan wujudku,

hai manusia,
lihatlah aku,
sosokku kecil yang tak kau hiraukan,

hai awan,
lihatlah aku,
sosokku basah yang tak kau payungi,

hai air,
lihatlah aku,
sosokku gersang yang tak kau basahi,

aku pun tak temukan pohon untukku berlindung,
dahan untukku bergantung,

 malang hai malang,
cerita hati yang tak berawal dan tak berpenghujung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...