saat kimi menyapanya, terlihat gurat sedih diwajahnya. pipinya tirus terlihat jelas tulang pipi yang terbalut kulit itu. matanya cekung dan tubuhnya gemetar.
kimi mendekapnya, "nama kamu siapa?"
gemetar badannya semakin terasa ketika ia mencoba membuka bibirnya untuk berbicara.
"aku kalbu kak.."
"kalbu? kamu gak papa?"
"seharusnya aku gak papa kak..."
"seharusnya?"
"ia kak, seharusnya aku gak papa. dulu aku tak gersang seperti saat ini. aku ingin kembali saat dimana aku masih ceria, tak tersiksa oleh masalah yang seharusnya tidak aku yang menanggungnya"
"kamu mau cerita? setidaknya dengan cerita beban kamu sedikit berkurang..."
"kakak tidak mengenali aku? aku kayak gini kan gara-gara kakak..."
"maksud kamu?"
"kak, aku kalbu. kalbu yang ada di dalam diri kakak. aku capek kak, aku capek kayak gini terus. capek harus tersiksa ketika kakak memendam masalah, capek ketika kakak sedih tapi kakak gak mau cerita sama orang lain, sedangkan sekarang kakak nyuruh aku buat cerita sama kakak? kak sadar dong kak, kakak itu gak lebih baik jadi pribadi yang bukan kakak, aku capek kak waktu kakak bersikap seolah-olah kakak baik-baik saja"
"maksud kamu apa? ini aku. aku ya aku..."
"bukan, kakak bukanlah kakak. cukup kak menjadi pribadi yang diinginkan orang lain namun kakak sendiri tidak nyaman dengan keadaan kakak sendiri..."
kimi diam, remuk akan kenyataan yang baru ia dengar. matanya mulai berlinangan.
"kak, sedih itu lumrah adanya, namun jangan berlarut seperti ini. kakak tau bagaimana rasanya diposisi saya? harus menampung kesedihan itu sendiri?"
"ingat tidak? bagaimana rasanya terbebas dari himpitan berton-ton ketika dahulu kakak melampiaskan dan bercerita tentang perasaan kakak pada orang lain dan tidak memendamnya sendiri..."
"ingat.... sangat ingat! aku benar-benar merasa melayang diangkasa ketika bisa mengeluarkan beban di dada... tapi sekarang... "
"berubah bukan berarti memendam masalah kan kak? kak, kakak memiliki orang-orang yang selalu ada disamping kakak."
"kakak masih punya Tuhan. betapa cantiknya aku ketika kakak masih dekat dengan Tuhan dulunya..."
tak seutuhnya menjadi pribadi yang diinginkan orang lain itu pilihan yang tepat bagi diri... jadilah dirimu sendiri tanpa harus menyiksa kalbumu dan orang lain. cukup bersikap tegar disaat kamu rapuh...
kau cantik ketika kau dapat menata hatimu yang bersedih, la tahzan! Allah ada saat kamu membutuhkannya. sandarkan pundakmu dalam kehangatan dekapan asma-Nya... sejatinya Tuhan selalu ada bersamamu, jangan bersedih lagi cantik :))
(y)
BalasHapussmoga penggalauan ny tak berlarut...
jangan jadi andilau...
(y)
Hapussemoga aja gak