Sungguh aku pun tak tahu alasan mengapa aku harus menulis tulisan ini. Yang aku tahu, aku adalah orang yang tak pernah memikirkan dampak dari apa yang telah aku tulis. Dampak akan terpikirkan olehku beberapa saat setelah tulisan-tulisanku telah terpampang di dunia maya.
Aku teringat ketika seorang teman menasehatiku:
Minta maaflah pada diri sendiri, karena udah berani membawa diri untuk disakiti “ketika seseorang datang dan tersenyum padamu.itu adalah awal sebuah takdir yang kelak akan membawamu pada dua hal, kebahagiaan dan kesedihan”.
Aku tersenyum kecut membacanya, seakan sebuah samurai menebas jantungku seketika itu juga.
Aku tak dapat menyalahkan siapapun atas keadaanku ini, aku benar-benar tak dapat menyalahkan siapapun.Sebuah sandiwara yang telah kau hadirkan untukku, memberikan begitu banyak arti bagiku.Aku terhipnotis ketika kau ceritakan tentang pemikiran-pemikiranmu itu.Aku tak dapat menebak apa yang akan kau perbuat. Aku senang ketika kau ajarkan aku sebuah sandi, dan aku dapat pergunakan sandi itu untuk meluapkan apa yang aku rasakan karena aku bukanlah orang yang dapat mengatur tata bahasaku ketika aku ingin meluapkan perasaanku. Dan aku berterima kasih telah memberikan sebuah kenyamanan padaku, entah itu memang sengaja kau ciptakan atau hanya perasaan aku saja.
Jujur, aku tak mampu untuk bersikap normal jika kau berada disekitarku. Tapi bukan berarti aku tak menginginkan kehadiranmu, mungkin bisa dibilang itu adalah sebuah manifestasi dari perasaan senang yang meluap-luap atas apa yang kurasakan. Aku tak mampu untuk menatap dalam ke dalam matamu, karena aku tak mampu membayangkan kelakuan bodoh apa yang dapat aku lakukan jika aku melakukan itu. Sedangkan mendengar sekilas suaramu saja sudah membuatku tersenyum bahagia.
Tapi entah mengapa, sebuah perasaan kecewa terbesit ketika mendengar kau juga mengajarkan sandi itu pada yang lain. Dan aku pun tak dapat meluapkan apa yang aku rasakan seperti dahulu lagi. Memang terlihat begitu kekanak-kanakan.
Aku tau aku bukanlah siapa-siapa bagimu, inginku mencoba untuk mundur menjauh sedikit demi sedikit darimu.Tapi aku tau, semakin ku mencoba semakin ku merasakan sakit.Sudah tak terhitung berapa banyak air mata yang aku produksi tapi aku tak mampu untuk membencimu.Dan dari sikapmu, kau seperti ingin membuatku jauh sejauh-jauhnya darimu.Kau seperti ingin berkata, “tolong jangan ganggu aku lagi”.
Entahlah, aku bukan bermaksud untuk berpikiran negatif padamu, tapi entah mengapa pikiran itu terlintas begitu saja dibenakku.
Ketika sebuah kata “aku merestui kalian, maka berbahagialah” terucap, “aku tersenyum dibawah linangan air mata, aku berucap ketika lidahku kelu, aku menengadah ketika leherku tak mampu lagi kugerakkan.“
Engkau tak kan bisa membuat seseorang yang tak dapat membencimu untuk membencimu.Dan itulah yang terjadi padaku,
Dan kini aku sadari, betapa berartinya sebuah kata “ikhlas” itu.Sekian lama waktu yang kubutuhkan untuk menata kembali hatiku, membentuk kembali seulas senyuman diwajahku.Berat memang untuk berdiri kokoh didepan kenyataan yang selalu hadir didepan matamu, sungguh membutuhkan begitu banyak energi untuk selalu tersenyum didepan orang ketika melihat bayang-bayangmu dan sesekali air mata pun tak sanggup lagi terbendung oleh senyuman.Kau tau bagaimana susahnya untuk memperbaiki sebuah guci yang telah retak dan jatuh berkali-kali?Begitupun dengan hatiku, begitu susah untuk pulih dalam keadaan yang menyuguhkan “keromantisan” kalian didepanku. Entahlah aku tak bisa merangkai kata lagi untuk menggambarkan bagaimana keadaan hatiku saat ini.
“berterima kasihlah pada orang yang telah membuatmu menangis, karena dialah kau dapat berdiri tegak pada saat ini, karena dari dialah engkau mengenal apa itu tegar dankarena dialah kau menjadi sesosok yang sedikit pemilih.”Kalimat ini lah yang setidaknya membantu aku untuk berdiri kembali,,
“dan sedikit pemilih bukan berarti tak memberikan sebuah tempat untuk disinggahi oleh orang lain.”
Dan itu lah yang aku jalani dan rasakan, sebuah pengalaman yang memberikan banyak arti bagi hidupku.Sebuah pelajaran agar kau tidak terlalu mudah untuk membuka hati dan tidak pula terlalu mudah untuk menutup hati.Dan kini aku bisa buktikan bahwa aku bukanlah pribadi yang lemah.